Pendidikan dan Peradaban Bangsa

PENDIDIKAN DAN PERADABAN BANGSA

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah
“ Pengantar Ilmu Pendidikan”




OLEH :
Nama : Wirdah Pramita N
NIM : 090210101068



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2009/2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pendidikan dan Peradaban Bangsa” dengan baik dan lancar.
Tak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dan turut membantu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Saya sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 17 Mei 2010
Penulis












DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1Pengertian pendidikan
2.2 Pengertian Peradaban
2.3 Strategi dalam Pembangunan Pendidikan di Indonesia
2.4 Hubungan Pendidikan dan Peradaban Bangsa
BAB III PENUTUP
3.1Kesimpulan
3.2Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam proses pembangunan, peranan pendidikan sangat strategis. Berbagai upaya pembaharuan pendidikan telah dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan namun sejauh ini belum menampakkan hasil. Kebijakan pembaharuan pendidikan di Indonesia dapat dikatakan mengalami kegagalan dikarenakan penentu kebijakan tidak sinkron dalam mengimplementasikan paradigma peranan pendidikan dalam ketersediaan sumber daya manusia yang dapat mendongkrak pembangunan. Dibutuhkan suatu reformasi pendidikan untuk mengatasi kebijakan pembaharuan pendidikan di Indonesia yang dikatakan mengalami kegagalan. Pada dasarnya reformasi pendidikan ini mempunyai tujuan agar pendidikan dapat berjalan lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
Reformasi pendidikan harus berdasarkan pada realitas lembaga pendidikan yang ada dan hendaknya didasarkan pada fakta dan hasil penelitian yang valid, sehingga dapat dikembangkan program reformasi yang utuh, jelas, dan realistis. Sistem pendidikan yang dibangun harus disesuaikan dengan tuntutan zamannya, agar pendidikan dapat menghasilkan outcome yang relevan dengan tuntutan zaman. Dari sini, pendidikan dipandang sebagai katalisator yang dapat menunjang faktor-faktor lain. Artinya, pendidikan sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia menjadi semakin penting dalam pembangunan suatu bangsa.

1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pendidikan?
2. Apa pengertian peradaban?
3. Strategi apa saja yang digunakan dalam pembangunan pendidikan di Indonesia?
4. Apa hubungan pendidikan dengan peradaban suatu bangsa?


1.3 Tujuan
Bertolak dari penulisan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan
2. Untuk mengetahui pengertian dari peradaban
3. Untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam pembangunan pendidikan di Indonesia
4. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan peradaban suatu bangsa
5. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca.










BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan pada intinya merupakan proses penyiapan subjek didik menuju manusia masa depan yang bertanggung jawab. Kata bertanggung jawab mengandung makna bahwa subjek didik dipersiapkan untuk menjadi manusia yang berani berbuat dan berani pula bertanggung jawab atas perbuatannya. Di dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa datang. Definisi ini memaklumatkan bahwa pendidikan mencakup spektrum bimbingan, pengajaran, dan pelatihan. Fungsinya adalah menyiapkan peserta pendidikan atau pelatihan untuk mengambil peran di masa datang. Selanjutnya, di dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai pengertian pendidikan yaitu:
1. Pendidikan adalah proses kemanusiaan dan pemanusiaan secara simultan.
2. Pendidikan adalah proses sosial yang dibangun untuk menggali dan mengembangkan potensi dasar manusia untuk menjadi insan berperadaban.
3. Pendidikan adalah proses interaksi manusiawi yang dilakukan oleh subjek dewasa untuk menumbuhkan kedewasaan pada subjek yang belum dewasa dengan menggunakan potensi yang ada dan yang sesuai.
4. Aktivitas-aktivitas pendidikan mencakup produksi dan distribusi pengetahuan yang terjadi, baik dalam skema kelembagaan maupun pada proses sosial pada umumnya.

2.2 Pengertian Peradaban
Menurut kamus, adab berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti. Huntington mendefinisikan peradaban (civilization) sebagai the highest social grouping of people and the broadest level of cultural identity people have short of that which distinguish humans from other species. Ibnu Khaldun (1332-1406 M) melihat peradaban (umran) sebagai organisasi sosial manusia, kelanjutan dari proses tamaddun (semacam urbanisasi), lewat ashabiyah (group feeling, espritde corp), peradaban di sini didefinisikan sebagai keseluruhan kompleksitas produk pikiran kelompok manusia yang mengatasi negara, ras, suku, atau agama, yang membedakannya dari yang lain, tetapi tidak monolitik dengan sendirinya.
Berbeda dengan definisi Huntington, ada pemahaman peradaban sebagai tidak melulu bersifat real. Peradaban dapat dibayangkan (imagined). Jika, menurut antropolog Benedict Anderson, nasionalisme adalah komunitas-komunitas yang imagined, karena meski sesama warga negara tidak bertemu, mereka merasa dalam satu kesatuan kebangsaan, maka peradaban dapat pula berarti masyarakat yang merasa sebagai bagian dari satu kesatuan peradaban. Media sangat berperan di sini.
Dalam pengertian ini jelas bahwa ada berbagai peradaban di dunia bahwa masyarakat memiliki peradaban yang berbeda satu sama lain. Peradaban juga mengacu pada kehidupan yang nyaman. Dalam kebudayaan barat, misalnya, manusia beradab adalah yang berpendidikan, sopan, dan berbudaya. Konsep-konsep itu selintas tampak serupa, namun jika kita periksa lebih jauh ada hal-hal yang khas, yang membedakannya dari peradaban lain. Misalnya, berpendidikan dalam pengertian ini tentu menuntut ukuran barat, yang tentunya berbeda dengan peradaban asia timur, misalnya.
Koentjaraningrat (1990;182) menguraikan lebih jelas mengenai peradaban sebagai berikut : Disamping istilah “kebudayaan” adapula istilah “peradaban” Hal yang terakhir adalah sama dengan istilah inggris civilation yang biasanya dipakai untuk menyebutkan bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti misalnya: kesenian, ilmu pengetahuan, adat, sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, dan sebagainya. Istilah “peradaban” sering juga dipakai untuk menyebutkan suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni rupa, dan sistem kenegaraan masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Dengan kata lain, peradaban itu merupakan tahap tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah maju.

2.3 Strategi yang Digunakan dalam Pembangunan Pendidikan di Indonesia
Strategi yang digunakan dalam pembangunan pendidikan di Indonesia diantaranya pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, relevansi pendidikan, efisiensi pendidikan, dan peningkatan kualitas pendidikan.
Untuk menjamin kesempatan memperoleh pendidikan yang merata di semua kelompok strata dan wilayah tanah air sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya perlu strategi dan kebijakan pendidikan, yaitu:
1. Menyelenggarakan pendidikan yang relevan dan bermutu sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia dalam menghadapi tantangan global
2. Menyelenggarakan pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemilik sumber daya dan dana serta pengguna hasil pendidikan
3. Menyelenggarakan proses pendidikan yang demokratis secara profesional sehingga tidak mengorbankan mutu pendidikan
4. Memberi peluang yang luas dan meningkatkan kemampuan masyarakat, sehingga terjadi diversifikasi program pendidikan sesuai dengan sifat multikultural bangsa Indonesia.
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia saat ini kurang relevan. Hal ini terbukti bahwa pendidikan hanya berdasarkan pada jargon-jargon pendidikan semata, bukan pada realitas pendidikan yang ada. Selain itu, kebijakan-kebijakan pendidikan di Indonesia kurang menggambarkan rumusan-rumusan permasalahan dan prioritas yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Hal ini, terutama berkaitan dengan anggaran pendidikan nasional yang semestinya sebesar minimal 20%, diambil dari APBN dan APBD. Tetapi, sampai sekarang kebijakan strategi belum dapat diwujudkan sepenuhnya, pendidikan nasional masih menyisihkan kegetiran-kegetiran bagi rakyat kecil yang tidak mampu mengecap pendidikan di sekolah. Untuk itu, diperlukan kebijakan dimana pemerintah dan masyarakat luas bekerja sama dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang relevan dan nyata. Misalnya saja, dengan memberikan pembiayaan dan subsidi pendidikan yang berkeadilan berdasarkan kebutuhan penyelenggaraan pendidikan dengan memperhatikan jumlah pembelajar, kesulitan komunikasi, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan tingkat partisipasi pendidikan. Selain itu, juga memberikan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan kepada masyarakat agar masyarakat berpartisipasi aktif dalam pendidikan.
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, efisiensinya berarti rendah. Masalah efisiensi pendidikan diantaranya yaitu penggunaan sarana dan prasarana pendidikan yang tidak efisien sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum sering membawa akibat tidak dipakainya lagi buku paket siswa dan buku pegangan guru beserta perangkat lainnya karena harus diganti dengan buku-buku yang baru. Misalnya perubahan kurikulum 1975/1976 (yang menggunakan orientasi produk) diganti dengan kurikulum 1984 (yang berorientasi pada proses). Bahkan sementara buku yang baru belum rampung disiapkan, kurikulum sudah berubah lagi yaitu dengan munculnya kurikulum 1994. Belum lagi terhitung biaya penataran para pelaksana di lapangan, khususnya bagi guru-guru agar siap melaksanakan kurikulum yang baru. Ini menggambarkan bahwa dibalik pembaruan terjadi pemborosan, meskipun sukar dielakkan. Sebab bagaimanapun juga pembaruan kurikulum merupakan tindakan antisipasi terhadap pemberian bekal bagi calon luaran agar sesuai dengan tuntutan zaman.
Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
1. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesionalitas serta kesejahteraan tenaga kependidikan
2. Melakukan pembaharuan dalam sistem pendidikan nasional termasuk dalam bidang kurikulum
3. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang dikembangkan oleh berbagai pihak secara efektif dan efisien terutama dalam pengembangan iptek, seni, dan budaya sehingga membangkitkan semangat yang proaktif, kreatif, dan selalu reaktif dalam seluruh komponen bangsa.

2.4 Hubungan Pendidikan dengan Peradaban Suatu Bangsa
Pendidikan suatu bangsa itu selalu linier dengan peradaban bangsa itu sendiri. Bangsa yang memiliki sistem pendidikan baik lah yang akan menghasilkan akademisi yang tangguh dan siap berkompetisi pada zamannya. Out put pendidikan yang kompitebel sejalan alias berbanding lurus dengan penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Dengan adanya SDM yang baik juga akan menjadikan peradaban bangsa itu maju dan diperhitungkan oleh dunia. Permasalahan pendidikan di Indonesia nampaknya masih dipandang sebelah mata. Terbukti, prioritas pendidikan hanyalah sebatas wacana yang aplikasinya jauh dari apa yang telah dirumuskan. Janji pemerintah yang akan mengulirkan anggaran pendidikan sebesar 20% dari jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terkesan membesar-besarkan. Bukti di lapangan menunjukkan bahwa objek dari anggaran itu belum mengenai sasaran yang tepat dan masih terlalu bias. Aspek mana dari pendidikan itu yang akan dibiayai dan sektor mana yang seharusnya tidak perlu diberi kucuran dana belum dijelaskan secara rinci dalam Undang-undang yang ada.
Melihat kondisi yang ada, selayaknya bangsa ini sadar bahwa penyebab keterpurukan bangsa di mata dunia adalah ketidakmampuan Indonesia dalam menciptakan iklim pendidikan yang baik, kondusif dan relevan untuk seluruh rakyat Indonesia. Bangsa ini belum mampu memosisikan pendidikan sebagai sesuatu yang paling urgen (sakral) yang berpengaruh terhadap kemajuan dan peradaban bangsa ke depan. Sehingga wajar jika kemudian banyak anak bangsa yang belum bisa mengenyam pendidikan dasar sekalipun, masih begitu sulit bagi rakyat kecil untuk menikmati pendidikan layaknya kaum berada lagi mampu. Padahal negara sebagaimana termaktub dalam UUD akan menjamin pendidikan anak bangsa. Penghargaan bangsa terhadap ilmu pengetahuan akan mempengaruhi spirit (ruh) bangsa yang bersangkutan untuk menyiapkan sistem pendidikan yang merakyat dan berproyeksi jauh ke depan. Dengan demikian pendidikan tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang formal temporal melainkan wadah untuk menggali investasi demi terwujudnya masa depan bangsa yang cerah yang wajib didapatkan oleh setiap warga negara. Hal ini karena pendidikan adalah modal utama yang tiada pernah sirna dan lekang dimakan waktu, ilmu pengetahuan akan tetap terkristal erat dalam jiwa pemiliknya yang akan membentuk keterampilan (skill) dan kepribadiannya. Sehingga efek dari pendidikan itu akan benar-benar berpengaruh terhadap kemajuan dan kejayaan bangsa di masa yang akan datang.
Apabila bangsa sudah bisa memaknai urgensi pendidikan sebagai tonggak penentu peradaban bangsa ke depan maka mulai saat ini harus segera diformulasikan sebuah sistem yang mengacu pada integritas pendidikan itu sendiri. Pendidikan bukanlah sesuatu yang parsial melainkan kesatuan yang holistik yang semestinya diberikan kepada para pemuda, anak bangsa secara berkelanjutan. Hal ini dilakukan agar kualitas pendidikan bangsa semakin hari semakin meningkat baik dan tentu akan terus memperbesar investasi bangsa untuk menciptakan bangsa yang berperadaban dan berdaya saing tinggi di mata dunia. Semakin baik kondisi pendidikan Indonesia maka semakin tinggi pula probabilitas bangsa tercinta ini untuk memperoleh kejayaan di masa mendatang tentunya.
Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan menerima arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya, tentulah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan situasi baru tersebut. Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang. Manusia masa depan yang harus dihasilkan oleh pendidikan antara lain manusia yang melek teknologi dan melek pikir yang keseluruhannya disebut melek kebudayaan, yang mampu “think globally but act locally”, dan sebagainya. Pembangunan manusia masa depan seutuhnya mempersyaratkan upaya pembaruan pendidikan.
Penggarapan pembaruan pendidikan tersebut harus menyeluruh, mulai pada lapis sistem/nasional, lapis institusional, sampai pada lapis individual (Charters dan Jones, 1973), dari, Raka Joni, 1983:24). Pada lapis sistem, secara nasional telah ditetapkan serangkaian kebijakan yang dituangkan ke dalam sejumlah perundang-undangan, utamanya UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas beserta serangkaian peraturan pelaksanaannya. Penggarapan pada lapis institusional berkaitan dengan aspek kelembagaan seperti kurikulum, struktur dan mekanisme pengelolaan, sarana prasarana, dan lain-lain. Pada lapis individual, penggarapan upaya pembaruan terkait dengan semua personal yang terlibat dalam pendidikan, utamanya guru dan siswa, meliputi baik pengetahuan dan keterampilan maupun wawasan serta sikapnya. Keberhasilan pengembangan pendidikan tersebut tergantung pada keserasian penggarapan ketiga lapisan itu, tidak cukup hanya pada tingkat pengambilan keputusan tetapi harus secara serentak dengan penyiapan kelembagaan ketenagaan.
Keberhasilan antisipasi terhadap masa depan pada akhirnya ditentukan oleh kualitas manusia yang dihasilkan oleh pendidikan. Pendidikan juga diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain (sebagai proses transformasi budaya). Seperti bayi lahir sudah berada di dalam suatu lingkungan budaya tertentu. Di dalam lingkungan masyarakat di mana seorang bayi dilahirkan telah terdapat kebiasaan-kebiasaan tertentu, larangan-larangan dan anjuran, dan ajakan tertentu seperti yang dikehendaki oleh masyarakat. Hal-hal tersebut mengenai banyak hal seperti bahasa, cara menerima tamu, makanan, istirahat, bekerja, perkawinan, borcocok tanam, dan seterusnya.
Di sini tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak semata-mata mengekalkan budaya secara estafet. Pendidikan justru mempunyai tugas menyiapkan peserta didik untuk hari esok. Dengan menyadari bahwa sistem pendidikan itu merupakan subsistem dari sistem pembangunan nasional maka misi pendidikan sebagai transformasi budaya harus sinkron dengan beberapa pernyataan GBHN yang memberikan tekanan pada upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan.



















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan peradaban itu bersifat linier. Bangsa yang memiliki sistem pendidikan yang baik akan menghasilkan akademisi yang tangguh dan siap berkompetisi pada zamannya. Namun, melihat fakta yang ada di negara kita, pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan. Terbukti dengan kualitas pendidikan yang minim, kurangnya pemerataan pendidikan bagi masyarakat, dan sebagainya maka diperlukan suatu reformasi pendidikan yang pada dasarnya mempunyai tujuan agar pendidikan dapat berjalan lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Selain itu, reformasi pendidikan juga bisa dijadikan sebagai upaya dalam mengatasi masa depan dimana arus globalisasi yang berkembang cepat dan kemajuan iptek yang cepat pula.

3.2 Saran

Pemerintah dan masyarakat luas harus bekerja sama dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang relevan dan nyata. Pemerintah harus memberikan perhatian yang lebih pada sektor pendidikan demi menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan tangguh agar bisa mengolah sumber daya alam yang ada serta bisa bersaing dengan dunia luar. Pemerintah juga harus benar-benar merealisasikan anggaran pendidikan sebesar 20% yang diambil dari APBN dan pemerintah melakukan pengawasan yang ketat agar anggaran tersebut mengenai sasaran yang tepat. Pemerintah harus memberikan kemudahan bagi masyarakat luas khusunya bagi masyarakat miskin untuk bisa mengenyam pendidikan, dengan begitu pendidikan akan merata dan bisa dirasakan oleh semua masyarakat luas tanpa ada pengecualian dan pembedaan.




















DAFTAR PUSTAKA

Danim,Sudarwan.Ekonomi Sumber Daya Manusia.Bandung:Pustaka Setia
Siswarini,Indra.2003.Manusia dan Peradaban.Yogyakarta:Makalah dalam Lokakarya Penataran Dosen MBB
Tirtarahardja, Umar dan Sulo, La.2005.Pengantar Pendidikan.Jakarta:Rineka cipta


















LAMPIRAN
ULASAN MENGENAI FILM LASKAR PELANGI

Dunia pendidikan saat ini membutuhkan referensi baru untuk mengembangkan kualitas pendidikan. Adapun cara-caranya sangat beragam, salah satunya pembelajaran melalui media film. Dimana pesan-pesan pendidikan yang terkandung dalam sebuah film dapat dikonsumsi dan diterima sebagai pembelajaran bersama bagi dunia pendidikan. Salah satu contohnya yaitu sebuah film garapan Riri Reza dan Mira Lesmana berdurasi kurang lebih 110 Menit, diambil dari Novel karya Andrea Hirata “Laskar Pelangi”. Film ini seakan ingin mengajak kita untuk sedikit merenung tentang apa yang kita lihat selama ini. Karena Wajah manis Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alam seakan ingin di pertanyakan kembali. Untuk apa kekayaan alam yang kita miliki namun tak mampu dimanfaatkan untuk kesejahteraan bersama? Itulah gambaran pembuka film ini. Dengan tampilan Rakyat Belitong yang dimiskinkan oleh perompak kekayaan Timah. Anugerah Tuhan yang diberikan.
Kandungan nilai-nilai edukatif dalam film Laskar Pelangi meliputi dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan. Dengan implikasi nilai-nilai tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk membentuk karakter seseorang dan dapat dilibatkan dalam setiap pendidikan Islam berdasarkan landasan Islam yakni Al-Qur’an dan As-Sunah. Kemudian keterlibatan tersebut dijadikan sebagai barometer penentu arah kebijakan, dasar penyesuaian pendidikan, dan motivasi (confident and presticience). Materi yang disampaikan dalam film Laskar Pelangi dapat dijadikan acuan bagi pengembangan pendidikan di negeri ini bagi semua pihak meliputi semua aspek yang melingkupi di dalamnya (metode, kurikulum, arah pendidikan, lembaga pendidikan, dan evaluasi pendidikan). Dan sebagai kritik sosial sebagai penyadaran bersama tentang arti penting sebuah pendidikan.
Unsur pendidikan (pesan moral) yang terkandung dalam film Laskar Pelangi ini diantaranya:
1. Pendidikan itu sangat penting dan merupakan hak setiap anak bangsa
2. Memberilah sebanyak-banyaknya kepada orang lain, bukan menerima sebanyak-banyaknya dari orang lain.
3. Jangan menggantungkan nasib pada dukun
4. Mantra sakti dari dukun. “Jika nak pandai, ya belajar. Jika nak sukses, ya usaha”
5. Mengejar cita-cita dan harapan setinggi langit
6. Cinta. Banyaknya masalah dan cobaan yang menerpa, tidak membuat sekolah ditutup, karena kegigihan dan cinta untuk mempertahankannya
7. Tidak malu atau merasa rendah. Walau miskin dan bersekolah di tempat yang tidak memadai, mereka bisa menjadi pemenang dalam lomba cerdas cermat
8. Mau berteman ( Friendly ). Terlihat pembauran etnis tionghua yang baik di film itu
9. Inisiatif. Walau tidak ada guru yang masuk mengajar, anak-anak mengambil inisiatif sendiri untuk belajar bersama
10. Tetap berjuang walau tidak ada sandaran lagi. Ibu guru Muslimah yang merasa terpukul akibat wafatnya Pak Harfan (Bapak Kepala Sekolah) akhirnya kembali mengajar walaupun sendiri.